Cerpen Generasi Muda Tips Move On! Part 1

Assalamu'alaikum, minna-san ^_^
Saya bawain 1 cerpen lagi nih.. Ide pembuatan cerpen ini berasal dari pengalaman pribadi saya sendiri, tapi isi cerpennya sama sekali gak mirip dengan pengalaman sayaa, yaa pengalaman saya hanya sekadar inspirasi untuk pembuatan cerpen ini :-D
Tapi cerpen kali ini lumayan panjang, jadi saya buat jadi 2 part biar bacanya gak membosankan (hihi..)
Berikut ini cerpennya, selamat membaca dan semoga bermanfaat :-)



Move On! (Part 1)
            Aku baru aja putus dengan pacar eh, maksudnya mantan aku.. Kami putus dengan cara baik-baik kok.. Walaupun dengan alasan yang gak jelas..
            Sejak kami putus, kayaknya semua hal tentang dia menghantuiku anywhere and anytime! Semua hal di sekelilingku mengingatkanku tentangnya.. Kalo gini terus kapan aku move on nya? Aku harus move on! Aku harus move on! Aku berteriak pada hatiku.. Kok sulit bener sih?
~
            “Haa?! Cewek baru?! Dia udah dapat cewek baru?! Huwaaa!!!” Aku berteriak, aku panik, aku rapuh, I’m down..
            “Nexta, kamu kenapa?!” Nether tiba-tiba masuk ke kamar, ekspresinya khawatir.
            “Johan..” Aku melirih pada Nether dengan air mata berderai.
            “Johan kenapa, Nex?” Nether duduk disebelahku sambil merangkulku.
            “Cewek baruuu” Wajahku tenggelam di dalam bantal.
            “Ya ampun, aku kirain kenapa.. Kamu sih, teriak-teriak” Nether nyolot
            “Tapi Net, dia udah ada cewek baru, sementara aku, move on aja belum” Rengekku
            Nether memutar matanya, “Emangnya kamu tau darimana dia udah ada cewek baru?” Tanya Nether, aku berikan smartphoneku padanya
            “Johan ngepost foto, terus dia tag cewek” Jawabku
             Nether melihat foto tersebut, itu adalah foto Johan sendiri lagi di puncak, tapi Johan nge-tag cewek di foto itu, “Terima Kasih?” Nether membaca caption postingan foto tersebut.
            “Tuhkan, pasti itu terima kasih karena udah mau jadi ceweknya Johan” Prasangkaku.
            Nether menghela nafas, “mungkin itu temannya...”
            “Hmm” wajahku masih di dalam bantal. Nether mengembalikan smartphoneku
            “Kamu mau move on, tapi masih aja ngestalking mantan, gimana bisa move on?” Nether berdecak lidah. Aku angkat wajahku dari bantal itu.
            “I’m still love him” Ucapku pelan.
            “Aku harus bantu kamu move on..” Nether menawarkan dirinya
            “Bener? Makasih Net, kamu yang sabar sama aku ya” Aku memeluk tubuh roommate ku ini.. Roommate? Ya, kami adalah anak kos..
            “Iya iyaa.. Nah, pertama, kamu jangan stalking semua sosmed Johan lagi, bisa?” Ucap Nether
            “Hmm, kalo aku kangen gimana?” Balasku
            “Kamu mau move on gak sih?” Kali ini nada suara Nether agak meninggi, ia kesal, ia mengambil smartphone ku dan membuka semua sosmedku.
            “Kamu mau ngapain, Net?” Tanyaku sambil merampas kembali smartphoneku, “Jangan di bajak dong” Wajahku memelas
            “Kalo kamu gak bisa jamin kamu gak bakal stalking Johan lagi, lebih baik kamu blokir aja sosmednya” Ucap Nether
            “Ehh, jangan dong..” Aku  memanyun
            “Nexta..” Nether memberi isyarat peringatan
            “Iya deh.. Entar aku block”
            “Bener ya?”
            “Iya”
            “Yaudah, aku keluar ya, masih ada tugas kampus” Nether menggosok rambutku lalu keluar dari  kamar. Ya, Nether itu seperi kakak bagiku walaupun kami sebaya, entah aku yang kekanak-kanakan atau dia yang  kedewasaan.
            Pelan-pelan aku buka semua sosmed ku, dengan berat hati, mulai dari BBM, Facebook, Twitter, Instagram, Whats App, Path, Line, Ask FM, pokoknya semuanya aku block. Aku menghela nafasku..
~
            “Net, kamu kelas siang kan? Aku berangkat duluan yaa” Aku pamit pada Nether untuk berangkat ngampus
            “Iya Nex, take care”
            Aku berdiri di pinggir jalan sambil menunggu taxi langgananku. Saat taxi itu sudah terlihat, aku melambaikan tanganku.
            “Biasa pak, ke kampus” Ucap ku pada si supir
            “Sip neng.. Oh iya neng, maaf sebelumnya, tarif taxi perusahaan kita di naikkan, biasanya ke kampus eneng cuma 15.000, sekarang jadi 17.000” Balas si supir. Aku terdiam. Angka ini terngiang di kepalaku. Aku menelan ludahku.
            “Neng?” Si supir membuyarkan lamunanku.
            “Ah, iya pak, gak apa-apa” Aku segera masuk ke dalam taxi, lalu taxi ini melaju di jalanan kota
~
            “Ahh, akhirnnya sampe rumah juga” Aku mengeluh, “Duh, sakit banget ni kepala, itu dosen mau ngebunuh mahasiswanya ya? Ngasi tugas sampe bejibun” Aku melangkah pelan menuju kamar.
            Aku lempar tas punggungku lalu aku banting tubuhku di kasur, aww, sakit, aku lupa, kasurnya keras. Aku meringis.
            Aku ambil dompetku, tipis banget, lalu ku buka, hanya adaa beberapa lembar uang 2000an dan 5000an “Lahh, aku boros banget bulan ini, uang kiriman orang tua bakal di kirim seminggu lagi, dengan uang segini apa aku bisa bertahan hidup selama seminggu?” Aku bingung, “Minta lebih awal aja kali ya?” Fikirku, “Tidak, nanti  uang untuk bulan depan malah di potong” Aku frustasi.
Aku guling-guling di kasurku tanpa sadar aku telah berada di tepi jurang eh maksudnya di tepi kasur.. BRUG! Aku terjatuh. Aku meringis, aku rasakan pusing. Lalu mataku menangkap suatu bayangan objek dari bawah kolong kasur, itu kardus. Aku menarik kardus itu keluar dan membuka isinya.
“Ini... Ini semua pemberian Johan” Lirih ku, aku memang telah menyingkirkan semua barang pemberiannya ke bawah kolong kasurku, dan telah aku lupakan, tapi bayangan pemberinya masih aja menghantuiku. Isinya ada sebuah boneka teddy bear ukuran sedang, sebuah syal tipis, sebuah gelang tangan, sebuah arloji, dan sebuah buku diary. Dia emang gak ngasi banyak, tapi ini semuanya memiliki cerita.
Pintu kamar terbuka, ternyata itu Nether yang baru pulang kuliah. Aku langsung berlari menuju Nether yang sedang melepas aksesorisnya di dekat  kasurnya.
“Nether, aku boleh pinjam uang? Untuk seminggu ini aja, uangku udah habis sebelum tanggalnya” Aku memasang wajah dengan tatapan memohon. Nether memandangku dengan ekspresi bingung, “Usaha dong” Balasnya cuek. Aku mematung, Nether cuek banget, lagi PMS mungkin..
“Yahh, Nether.. Aku buntu” Ucapku memelas, “Pinjamin dong”
Nether mengabaikanku, “Itu apa?” Ia menunjuk kardus yang dari bawah kolong kasurku tersebut.
“Itu pemberian Johan dulu” Jawabku
“Jual aja,” Balas Nether, “Udah gak pake kan? Daripada membawa nostalgia mending dijual, kamu untung kan?”
Aku menimbang-nimbang, “Iya juga yaa”
“Kamu punya apa aja?” Tanya Nether sambil menghampiri kardus tersebut
“Teddy bear, syal, gelang, arloji, dan diary” Jawabku. Nether mengangguk-angguk, “Pasti cukup untuk seminggu”
            Nether melihat-lihat barang tersebut jika ada yang rusak. Tangannya mengambil diary dan membukanya, ada tulisan tanganku disana, Nether tidak membacanya dan langsung memberikannya padaku, “Yang ini simpan aja, gak mungkin di jual”
Besoknya, aku dan Nether menjualnya, semuanya terjual, yaiyah laku, wong barangnya masih bagus kok.
“Lumayan nih Nex, ini cukup untuk seminggu kalo kamu hemat” Nether memberiku uang tersebut padaku. Aku menghitungnya, Rp 170.000,00. Angka ini lagi, aku terdiam.
“Ada apa Nex? Kurang ya?” Tanya Nether. Aku menggeleng dan tersenyum kecil, “Cukup kok, makasih ya”
“Sama-sama”
~
            Hari ini, Nether kelas siang lagi. Aku lunch sendirian di kafeteria kampus.. I’m feel so lonely.. Mataku melihat sekeliling, semua meja terisi penuh, setiap meja terdengar canda tawa antar teman bahkan antar pasangan. Mataku menangkap sepasang kekasih yang sedang kasmaran, mereka suap-suapan makanan, ketawa-ketawa, ahh aku jadi iri. Seandainya ada seseorang duduk di sebelahku sekarang, keluhku dalam hati.
            “Permisi, saya boleh duduk disini?” Suara ini tiba-tiba datang, suara cowok. Aku refleks menoleh dan berkata, “Ya, silahkan”
            Tapi, ternyata cowok ini adalah kutu buku dengan kaca mata bulat besar dengan lensa tebal, tangannya menjinjing buku pelajaran yang tebal banget, sesekali kaca matanya turun karena kebesaran. Oh tidak, bukan ini yang aku harapkan
            Dia telah duduk di sampingku dan menawarkan makan kepadaku, “Mari mbak, “ Tawarnya. “Saya udah keliling nyari meja kosong, tapi semua udah penuh, untung mbak lagi sendiri, bisa saya temenin deh, hehe” Dia mecoba menggodaku, iyuhh. Aku melirik buku yang ia jinjing tadi, selain buku pelajaran yang super tebal itu, ada juga buku dengan judul ’17 cara jitu move on dari mantan yang menghantui’ aku bergidik membaca judlnya, sebernya bukan karna judulnya, tapi karena angka 17 nya. Aku langsung berdiri dan melangkah pergi.
            Lunch di kafeteria batal, aku langsung pulang ke rumah karena udah gak ada kelas lagi. Aku memutuskan untuk buat mi instant aja di kos.
            Aku masih kepikiran Johan, kenapa kamu tinggalin aku Jo? :’( Aku mulai memasak mi instant nya, memori memori tentang Johan terus berputar di kepalaku. Mi nya gak ada rasa di lidahku, tawar, ini pasti gara-gara memori Johan terputar lagi. Walaupun mi ini gak ada rasa, tapi di mangkoknya gak ada tersisa sedikit pun, maklum lagi lapar. Setelah makan, aku masuk ke kamar dan tidur...
            “Nexta! Hei, bangun! Kamu kenapa?” Nether mengguncang tubuhku. Aku terbelalak.
            “Kamu ngelindur? Kamu teriak-teriak manggil nama Johan, aku khawatir tau!” Ucap Nether
“Maaf Net”
Nether memelukku, “Mandi sana” ucapnya dengan lembut, aku tersenyum kecil. Aku maggil-manggil Johan? Kenapa ya? Tadi aku mimpi apa?
“Nexta, nih” Nether menyodorkan sebuah buku kepadaku, aku baru saja keluar dari kamar mandi dan  masih mengeringkan rambutku dengan handuk. Aku ambil buku itu dari tangannya, “Ini buku apa?”
“Di dalam buku itu ada daftar nama-nama cowok single di kampus” Jawab Nether
“Woahh” Aku langsung duduk di kasur dan membuka lembar per lembar. Lalu mataku menangkap seseorang di nomor urut ke 17, Johansonyder. Ada biodata dan biografinya. Aku berhenti dan membacanya. Tiba-tiba Nether mencoret bagian data Johan, “Yang ini gak masuk daftar, aku lupa ngehapusnya” Kata Nether. Aku sedih. Aku tutup kembali buku tersebut dan mengembalikannya ke Nether.
“Mungkin aku akan coba cara lain” Ucapku.
Oh Johan...
~                                               
            Aku lagi duduk di bangku taman kampus, kelas udah habis sih, tapi lagi males mau pulang ke kos, jadi aku nikmati dulu kesendirianku di taman kampus ini. Apa yang aku lakukan di taman ini? Hanya duduk-duduk kah? Yaiyalah, apa lagi yang bisa dilakukan oleh cewek lemah sepertiku? (-_-!) Aku hanya memandang orang yang lalu lalang, lalu aku melihat seseorang dikoridor kampus, dia berjalan menunduk sambil mentap ayar handphonenya. Ituu.. Itu.. ituuu.. Johan!
            “Johan!” Aku berteriak memanggilnya sambil melambaikan tangan, berharap mendapat respon yang baik.
            Johan memandang sekeliling mencari sumber suara, lalu ia mendapatiku di tengah taman. Ia memasang ekspresi yang entah apa namanya lalu membuang wajahnya dan melanjutkan perjalanannya. Ohh, responnya gak baik banget.. Huuuu T_T Iiiihhh, bdmd!! Kok pandanganku jadi buram? Kayak ada air dimataku.. Apa? Aku gak nangis kok.. Tapi airnya malah melimpah mengalir di pipiku, aku mengapus aliran itu dan segera pulang ke kos.
            “Huwaaaa” Aku terduduk didepan pintu kamar sambil merengek. Air mata, ingus bahkan air ludah bertebaran diseluruh wajahku (Iyuh!).
            “Kamu kenapa lagi Nex?” Tanya Nether, kayaknya dia kaget pas aku masuk kamar dan langsung menangis.
            “Johan.. Johan.. Dia sombong banget, dia bahkan gak mau balas sapaanku” Aku merengek. Nether memutar bola matanya.
            “Lihat nih” Nether mengambil cermin dan menghadapkannya ke mukaku, “Apa yang kamu lihat?”
            Aku menggosok lenganku ke hidung supaya ingusku menghilang, “Mukaku” Jawabku, Nether terlihat jijik melihat gayaku
            “Iyuh, lihat tuh, muka kamu, keadaannya gak banget, hiii” Ucap Nether jijik
            “Mau sampai kapan kamu kayak gini terus? Masa kamu tahan tiap hari mukamu kayak gitu? Air mata, ingus, dimana-mana tau” Lanjut Nether
            Aku ubah posisi dudukku menjadi lebih tegak, “Aku harus lebih tegar! Aku gak boleh lagi nangis gara-gara Johan!” Aku bertekad.
            “Nah, itu bagus.. Sekarang kamu cuci muka kamu tuh, aku gak tahan melihatnya”
            Aku bangkit dan mulai melangkah menuju kamar mandi, “Kalau kamu down dan nangis lagi, lihat aja wajah kamu di cermin, apa kamu sanggup jalan keluar dengan muka yang kayak begitu? Mata sembab, hidung merah, pipi dan bawah hidung basah.. Memalukan” Ucapan Nether membuat langkahku terhenti.
            “Kamu benar Net, udahlah tampangku cuma pas-pas KKM, ditambah lagi dengan airmata dan ingus, kalau kayak gini terus gak bakal ada lagi cowok yang mau sama aku” Balasku lalu melanjutkan perjalanan menuju kamar mandi.
~
            “Nex, kalau kamu masih sedih, coba makan yang manis-manis.. Manatau manjur dan bisa buat kamu happy lagi” Saran Nether
            Aku yang tengah ngemil chiki-chiki didepan televisi seketika berhenti dan mendengarkan Nether, “Yang manis-manis? Entar aku gendutan gimana?” Aku mengeluh
            “Lah emangnya kamu makan chik-chiki tu gak buat kamu gendut?” Nether seolah menantang, kedua tangannya dipinggang. Aku menyeringai.
            “Udah, sini, kamu ikut aku ke minimarket, kita beli yang manis-manis” Nether menarik tanganku.
            “Kenapa harus keluar sih Net? Di kos kan ada gula, gula juga manis kok.. Aku lagi mager” Aku menahan diriku tetap di depan televisi.
            “Haahh, kalo kamu gak mau beli yaudah terserah.. Tapi ayolah, temani aku ke minimarket, aku mau beli jajan” Nether masih terus menarikku.
            “Iyaa iyaa, tunggu aku minum dulu” Aku berlari ke dapur untuk minum dan membersihkan sisa chiki yang menempel di wajahku.

Di minimarket*
            “Net, apa-apaan nih? Kamu beli coklat sebanyak ini? Siapa yang mau makan?” Tanyaku yang keheranan melihat Nether membeli banyak coklat
            “Ya kamulah, kan yang sering galau itu kamu, jadi kamu harus makan coklat supaya happy kembali” Jawab Nether
            “Apa?! Tapi..
            “Gak usah banyak tapi-tapian.. Nurut ajadeh” Nether memotong ucapanku, setelah itu aku hanya menurut kepadanya.
            Sejak hari itu, setiap kali aku menangis gara-gara Johan, Nether selalu menyumbat mulutku dengan coklat, karena sedang kesal, sebanyak apapun coklat yang disumbat Nether, selalu kuhabiskan, dan yang parahnya, setelah menangis dan makan coklat, aku malah ketiduran, selalu seperti itu, sampai suatu ketika...
            “NETHER!!!” Aku berteriak karena kaget dan gak percaya dengan apa yang aku lihat.
            “Kenapa Nex?!” Nether berlari kearahku dan melihat apa yang terjadi.
            Aku frustasi, aku menjambak rambutku sendiri, “Berat badanku jadi naik 1,7 kg.. Ini semua gara-gara kamu nyumbatin banyak coklat ke mulutku.. Sekarang aku harus diet lagii.. Haaaa” Rengekku.
            “Ini sih gak 100% salahku, salah kamu juga..” Ucap Nether dengan santai
            “Kalau kamu gak nangis, aku gak bakalan nyumbatin coklat ke mulutmu.. Jadi penyebab dari naiknya berat badan kamu adalah tangisan kamu..” Lanjutnya.
            “Apa?!”
            “Yahh, kalo kamu mau dietnya sukses, kurangin nangis deh.. Hihii, selamat berdiet” Ucap Nether lalu pergi meninggalkanku.
            Aku terduduk lemas dilantai, “Kayaknya ngilangin berat badan sama susahnya dengan ngilangin memori tentang mantan”
~
 “Coba online dating mau?” Nether menawarkanku cara lain.
“Gimana tuh?”
“Sini deh, biar aku tunjukin” Aku beranjak dari tempatku mendekat ke  Nether
“Nih, aku ada aplikasinya. Gini, kamu dafatrin diri kamu kasi biodata dan biografi kamu” Nether menjelaskan, aku mengangguk mengerti. Aku ambil smartphoneku dan mulai mendownload appnya lalu mendaftaran diri.
“Nah, sekarang coba deh kamu lihat-lihat data para cowok, mungkin aja ada yang cocok” Saran Nether. Aku mulai. Dari A sampai Z, dari Sabang sampai Marauke, dari timur sampai barat, gak ada yang menarik perhatianku, masih tetap Johan di urutan pertama.
Tiba-tiba ada pesan masuk ke akun ku, dari cowok yang bernama Mariothero (Mario). Sebelum aku balas, aku buka dulu akunnya, aku baca datanya. Lumayan. Fotonya juga kece. Akhirnya aku balas pesannya. Ujung-ujungnya dia ngajak ketemuan.
“Mudah kan Nex? Kamu langsung dapat ikan tuh” Nether tertawa.
“Apaan sih Net?” Aku tersipu.
“Hihi, tapi kamu tetap harus hati-hati ya, walaupun dia kelihatan baik, dia tetaplah cowok, dan seperti yang kita tau, gak semua cowok itu buaya, ada juga yang aligator, kadal, biawak, ular, dan sejenisnya” Nether mengingatkanku.
“Hahaha, iya Net, iyaa.. Don’t worry. Aku keluar dulu ya, mau ngerjain tugas kampus. Makasih ya Net, semoga ini berhasil” Aku pun beranjak keluar.
*Nether Point of View*
            Setelah Nexta keluar, aku ambil smartphoneku dan menghubungi dua teman baikku. Benedict dan Alexander.
            “Ben, Alex, aku butuh bantuan” Ucapku setelah video call groupnya terhubung.
            “Ada apa Net?” Tanya Ben
            “Si Nexta barusan ikut online dating, weekend ini dia akan ketemuan sama cowok di kafe, namanya Mario. Aku punya firasat gak baik” Aku menjelaskan
            “Kamu mau kami mengawasi mereka kan?” Alex langsung dapat intinya
            “Iya, kamu cepet banget pekanya, lex.” Godaku. Alex tersenyum bangga. Ben memutar bola matanya kesal.
            “Setelah itu apa?” Tanya Ben
            “Kalian awasi Nexta mulai dari dia masuk ke kafe sampai dia berpisah dengan Mario. Jangan lengah. Dan kalau mereka pergi berdua dari kafe kalian awasi kemana mereka pergi dan apa yang mereka lakukan.” Jawabku
            “Sip!” Alex dan Ben menjawab serentak.
            “Thanks ya guys. Aku mengandalkan kalian”                                 Itu ucapan terakhirku sebelum video call terputus.

Bersambung...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerpen Sederhana Generasi Muda

Cerpen Tentang Ulang Tahun

Cerpen Generasi Muda Tips Move On! Part 2